Mudjoko

Laki-laki, XX tahun

Kudus, Indonesia

SELAMAT DATANG DI BLOG PERJALANANKU, MY LIFE MY BLOG adalah blog yang menceritakan semua yang saya suka, Inspirasi, dan Motivasi.Selamat bergabung di blog saya, semoga bisa jadi motivasi dan inspirasi bagi anda yang membacanya Semoga Bermanfaat.

Visit My Blog :
=>tritunggaljayakudus.blogspot.com
=>tritunggaljaya-kudus.blogspot.com
=>tritunggal-jayakudus.blogspot.com
=>mudjoko.kds@gmail.com
::
Start
Mudjoko™ Kangmas Djoko
Shutdown

Navbar bawah

Search This Blog

Minggu, 21 Desember 2014

Mantan Pendeta: “Langit, Gunung dan Seisi Bumi Saja Protes, loh kok Muslim Mau Ucapin Natal”


Mantan pendeta yang kini menjadi da’i, Ustadz Syamsul Arifin Nababan mengatakan tidak sepakat dengan tokoh yang membolehkan pemakaian atribut Natal bagi Muslim. Menurut kristolog nasional ini, hukumnya tasyabbuh bagi mereka yang mengenakan atribut Natal. Itu dalam artian, barangsiapa menyerupai (tasyabbuh), maka ia masuk ke dalam suatu kaum tersebut.

“Natal itu memperingati kelahiran anak tuhan (Yesus). Yang membolehkan memakai atribut, gak pernah jadi Kristen kali ya,” kata mantan pendeta tersebut di Jakarta, Senin (22/12), dikutip dari Republika Online.

Dia melanjutkan, seharusnya seorang Muslim tegas tidak membenarkan pemakaian atribut apalagi merayakan hari kelahiran tersebut. Ia menegaskan, dalam Al-Qur’an Surat Maryam Ayat 88 sampai 92 telah dijelaskan bahwa Allah sangat murka terkait hal itu.

Dan mereka (orang-orang kafir) berkata, “Allah Yang Maha Pengasih mempunyai anak.” Sungguh, kamu telah membawa sesuatu yang sangat mungkar, hampir saja langit pecah dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh (karena ucapan itu), karena mereka (orang-orang kafir) menganggap Allah Yang Maha Pengasih mempunyai anak. Dan tidak mungkin bagi Allah Yang Maha Pengasih mempunyai anak. (QS Maryam: 88 – 92).

“Ayat itu menjelaskan, sungguh kalian (orang-orang kafir) telah mendatangkan mungkar pada-KU (Allah). Langit, gunung dan seisi bumi saja dijelaskan protes, loh kok kita (Muslim) malah mau ngucapin atau ikut merayakan. Sesama tokoh masih berdebat antara boleh dan tidak,” kata Ustadz Syamsul.

Ia menambahkan, tidak mengikuti euforia perayaan Natal bukan berarti tidak bertoleransi. Sebatas menghormati, dibolehkan saja. Asalkan tidak mengikuti, apalagi larut dalam perayaaan Natal. (ROL)

0 komentar:

Energy Saving Mode
Gunakan Mouse untuk Keluar Mode Energy Saving